Berkah kopi Berkah Negeri

Negara ini telah di kutuk untuk mencintai kopi. Tak peduli situasi dan tingkat ekonomi masyarakat. Kopi bisa ditemukan dimana-mana.

Tuhan Dalam Secangkir Kopi

Tuhan ada di mana-mana, bahkan dalam secangkir kopi. Pertanyaannya adalah, apakah kita mau menemuin Nya?.

Filsafat Kopi

Seperti kopi, Tuhan menyeduh dua sisi paling sakral dalam hidup manusia. Kebaikan dalam manisnya dan kejahatan dalam seduh pahitnya.

Minuman Kopi adalah manifestasi kehidupan

Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari sebuah minuman kopi, dengan kehangatan kopi sebuah cerita akan terus mengalir.

Biji Kopi

Dari biji kopi pilihan akan menyebabkan rasa kopi terbaik, demikian pula dengan kehidupan yang dijalani oleh manusia.

Minggu, Oktober 12, 2014

Berkata Jujur

Suatu ketika dimalam yang dingin di Makobu (Malang Kota Bunga). Sambil ngopi-ngopi, seorang teman curhat kepada saya. Bukan curhat sih cuma ngobrol santai aja. Lalu dia berkata kepada saya



"Aku sudah berupaya untuk berbicara jujur, sejujur-jujurnya."

"Ya memang sebaiknya omong yang jujur, masa mau jadi pembohong." saya pun menimpali dengan jawaban seperti itu.

"Tetapi, walaupun aku berkata jujur. Masih ada saja orang yang mencurigaiku. Dan tidak percaya dengan apa yang aku katakan"

Lalu dengan sok bijaknya saya bilang kepada teman saya itu
"Hmmm... tidak masalah dengan orang lain mau curiga atau tidak sama kamu. Kamu tahu apa yang penting?"

"Apa itu?"

"Kamu jujur kepada dirimu sendiri. Dan yang pasti Tuhan menyaksikan itu. Apakah itu belum cukup?"

"Hahaha... Menyebalkan, omonganmu selalu seperti itu."

"Loh, ada yang salah?"

"Enggak-enggak, omonganmu 100% benar. Mungkin aku masih belum bisa loss aja untuk berpikiran dan menerima seperti itu."

"Hahaha... Ini omongan sok iye, di dengerin monggo. Nggak di dengerin yo bebas. Aku juga belum bisa loss seperti itu sih. Tapi ya marilah sama-sama berusaha."

"Iya iya sama-sama berusaha semoga diberi kemudahan sama Tuhan."

Namun ternyata temen saya itu sepertinya belum lega dengan kegundahan hatinya. Kemudian dia melanjutkan lagi omongannya

"Tapi rasanya koq ya capek di curigain terus"

"Ya itu berarti melatih kesabaran. Porsi sabarnya harus ditambah. Hahaha..." dengan ke sok bijakan saya yang kesekian kali saya jawab aja seperti itu.

"Beraaat....."

"Hahahahahaha......"

Tertawa lah kami berdua, dan melanjutkan ngopi-ngopi sambil ngobrol. Yah kalau dipikir-pikir, tinggal berkata jujur aja kok repot ngurusi pemikiran dan kecurigaan orang lain. Yang penting jujur. Titik. Selesai. Begitu aja koq repot.

Berkata Jujur

Suatu ketika dimalam yang dingin di Makobu (Malang Kota Bunga). Sambil ngopi-ngopi, seorang teman curhat kepada saya. Bukan curhat sih cuma ngobrol santai aja. Lalu dia berkata kepada saya.


"Aku sudah berupaya untuk berbicara jujur, sejujur-jujurnya."

"Ya memang sebaiknya omong yang jujur, masa mau jadi pembohong." saya pun menimpali dengan jawaban seperti itu.

"Tetapi, walaupun aku berkata jujur. Masih ada saja orang yang mencurigaiku. Dan tidak percaya dengan apa yang aku katakan"

Lalu dengan sok bijaknya saya bilang kepada teman saya itu

"Hmmm... tidak masalah dengan orang lain mau curiga atau tidak sama kamu. Kamu tahu apa yang penting?"

"Apa itu?"

"Kamu jujur kepada dirimu sendiri. Dan yang pasti Tuhan menyaksikan itu. Apakah itu belum cukup?"

"Hahaha... Menyebalkan, omonganmu selalu seperti itu."

"Loh, ada yang salah?"

"Enggak-enggak, omonganmu 100% benar. Mungkin aku masih belum bisa loss aja untuk berpikiran
dan menerima seperti itu."

"Hahaha... Ini omongan sok iye, di dengerin monggo. Nggak di dengerin yo bebas. Aku juga belum bisa loss seperti itu sih. Tapi ya marilah sama-sama berusaha."

"Iya iya sama-sama berusaha semoga diberi kemudahan sama Tuhan."

Namun ternyata temen saya itu sepertinya belum lega dengan kegundahan hatinya. Kemudian dia melanjutkan lagi omongannya

"Tapi rasanya koq ya capek di curigain terus"

"Ya itu berarti melatih kesabaran. Porsi sabarnya harus ditambah. Hahaha..." dengan ke sok bijakan saya yang kesekian kali saya jawab aja seperti itu.

"Beraaat....."

"Hahahahahaha......"

Tertawa lah kami berdua, dan melanjutkan ngopi-ngopi sambil ngobrol. Yah kalau dipikir-pikir, tinggal berkata jujur aja kok repot ngurusi pemikiran dan kecurigaan orang lain. Yang penting jujur. Titik. Selesai. Begitu aja koq repot.

Senin, Juni 23, 2014

Munajat Cinta

Ya Allah
Dan sesungguhnyalah maka
aku kini bersenandung dan
aku berdoa seraya bermohon

Ya Allah
Disetiap desahan Nafas
Disetiap debaran Dada
Disetiap deburan Jiwa
Disetiap denyut Nadi
Disetiap detak Jantung
Disetiap Aliran darah
Disetiap pori pori sekujur Raga
Disetiap Kedipan Mata
Orientasinya.. hanya ENGKAU
Semata mata ..cuma ENGKAU
Tiadalah yang selain ENGKAU
Yaa Man Laa Huwa illa HUWA

Antal Hadi Antal "HU"
Laisal Hadi illa.. "HU"

aku menghadap-kan hatiku
aku menghadap-kan wajahku
dan segenap Risalahku ini
Hanya kepadaMu semata mata
Hidup dan Mati Hamba
Seluruh Hati, Jiwaraga, Sukma
Nyuwun Kapenggalih, Gusti
Nyuwun Pitedah
Nyuwun Agenge Sih Palimirno
Saestu estu, kawulo tuhu injih
Nyuwun Rena lan Tresna

Duh... Gusti!
Kawulo Madhep, Mulungi Ati
Nan Dalem ingkang Tansah
Nyanggi Dhampar Kawulo
Nyuwun Tuntun Lampah Kawulo

Ya Allah
dengan membawa selaksa Harap
serta damba didada yang kian
sarat Kerinduan demi Kerinduan

Ya Allah
dan Cinta dan Cinta dan Cinta
dan Cinta atas nama Kekasih-Mu
Ya Allah


Kamis, Mei 08, 2014

Selamat menemui Kekasih, wahai Syekh...

Semalam saya terkejut membaca email yang mengabarkan bahwa beliau telah wafat pada 8 Rajab 1435 (7 Mei 2014). Langsung saja saya kirim Fatihah dan Sholat Ghoib untuk beliau. Beliau adalah guru saya yang pertama.

Diantara bermacam perjalanan yang telah saya lalui sebelum saya sampai di tempat yang sekarang. Dibawah beliau lah tempat saya menempuh perjalanan dengan nama Tarekat Naqsybandi Haqqani.

Beliaulah mursyid yang membimbing ruhani saya agar sampai kehadirat Alloh. Hal ini berawal saat saya masih kuliah pada tahun 2007. Saya dipertemukan dengan khalifah beliau yang bernama Syekh Mustofa Mas'ud dan Maulana Syekh Hisyam Kabbani. Terasa ada magnet yang menarik hati saya. Dan sejak saat itu lah saya sering hadir di Zawiyah Bethek Malang, untuk melakukan Khatm Khawajagan bersama-sama jamaah yang lain. Dan juga mengaji Kitab Tanwirul Qulub karya Syeikh Muhammad Amin Al Kurdi.

Entah harus senang atau sedih dengan meninggalnya beliau. Sedih karena fisik beliau sudah tidak lagi bersama para muridnya, senang karena beliau akan bertemu dengan Alloh. Itulah puncak dari cita-cita tertinggi. Bertemu Alloh...

Dibatas kata, kalimat "akan bertemu dengan Alloh" kurang pas juga sih, karena sebagai seorang mursyid sudah pasti beliau sudah bertemu dengan Alloh saat masih hidup.

Maulana Syekh Nazim dalam subha nya pernah berkata :
"Segala yang mempunyai awal, ia akan berakhir... Kita dapat melanjutkannya di dalam hati kita. Ruh kita selalu bersama, bahkan jika secara fisik kita tidak bersama. Hal itu mengatakan kepada kita bahwa kita adalah hamba Allah. Kita semua adalah makhluk-Nya. Bahkan jika busana kita berubah, posisi fitrah kita tidak akan pernah berubah."


Bagaimanapun beliau tidak lah pergi meninggalkan murid-muridnya. Sebagaimana pesan Mawlana Syekh Hisyam:

"Kita ingin selalu bersama Mawlana Syekh Nazim, tetapi pada hakikatnya kita tidak bersamanya, beliaulah yang bersama kita, karena kita mempunyai amal buruk dan dosa-dosa, dan para awliyaullah dapat menciumnya. Dan beliau tidak meninggalkan kita, beliau bersama kita, dan beliau akan bersama kita di dunia dan akhirat, kita akan berada di tangannya di akhirat insya Allah... Saya tahu bahwa kita semua merasa sedih. Inallaaha Ghayur, Allah senang untuk memiliki kalbu hamba-hamba-Nya, dan semoga Allah memiliki kalbu kita seperti halnya Dia memiliki kalbu Mawlana Syekh Nazim, bi hurmatil habiib fatihah."

Selamat menemui Kekasih, wahai Syekh.
Semoga Alloh senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya..
Al-Fatihah.....

Sabtu, April 26, 2014

Rizki Jalan Tol

Di akhir Januari 2014 dalam perjalanan menuju Serang Banten, di sepanjang jalan tol terdapat banyak pekerja. Ada pekerja yang bagian mencari sampah disepanjang jalan tol, ada yang bertugas untuk merapikan tanaman yang ada di pinggir maupun di tengah tol (taman). Tak beberapa lama kemudian di depannya terdapat pekerja yang melakukan perbaikan / pembangunan jalan tol. Ada kuli, ada mandor dan ada pula supervisornya yang bertugas mengatur anak buahnya. Ya kurang lebih ada lima pekerjaan yang saya temui di jalur tol.

Bayangkan di tengah teriknya matahari. Orang-orang tersebut bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga.

Oiya ada lagi, yaitu petugas pintu tol, yang memberikan kartu maupun yang menarik uang. Lihatlah, betapa luasnya rizki Alloh itu. Dari sebuah jalan tol saja mampu memberikan rizki kepada banyak orang.



Melihat para pekerja di tol itu, saya sangat bersyukur. Pekerjaan saya tidak perlu berada di suatu tempat yang panas dan jauh dari warung maupun mall. Di jalan tol ini, yang ada hanya mobil dan truk. Belum lagi untuk pekerja yang bertugas memungut sampah di pinggir tol atau yang merapikan tanaman. Nyawa mereka terancam oleh mobil-mobil yang lalu lalang.

Bisa dilihat sendiri bagaimana kecepatan kendaraan yang lewat di tol. Saya tidak tahu bagaimana di luar negeri untuk merawat jalan tol. Apakah sama seperti di indonesia. Para pemungut sampah itu berjalan di sepanjang jalan tol untuk mencari sampah. Berapa kilo dia harus berjalan, dalam keaadaan panas lagi. Rasanya sangat kebangetan jika saya tidak bersyukur dengan apa yang telah Alloh berikan kepada saya.

*picture : kabarpublik.com